Pagi ini seperti biasa, selesai mempersiapkan bekal untuk suami berangkat ke kantor, aku bergegas untuk mandi disambung sholat dhuha sebagai rasa syukur dan mengungkap sejuta harapan pada Sang Khaliq.
Setelah itu aku masuk ke dalam sebuah kamar di rumah yang ku sulap menjadi ruang kerja sederhana berisi laptop, 1 PC komputer, printer dan Microphone.
Aku pun mengecek email, di milis Puri bali ada sebuah posting berantai yang isinya mengenai keluh kesah akan kemacetan di jalan menuju Jakarta. Baru dapat jalan alternative baru, beberapa minggu kemudian ada sebuah Mobil Pariwisata melalui jalan yang sama. Padahal tentu saja yang namanya jalan alternatif tentu lebih sempit dibandingkan jalan raya utama. Belum lagi belakangan ini, di jalan utama yang biasa mereka lalui terdapat galian kabel. Padahal tak ada galian saja arus lalu lintas di situ padat merayap. Bisa dibayangkan. Waah .. kalau sudah begini kemacetan dijamin mengular. Apalagi di jam berangkat dan pulang kantor. Kasihan mereka, kapan ya pemerintah peduli sama yang beginian.
Selepas membaca email, aku menyapa adikku yang kebetulan sedang online di kantornya. Obrolan kami setelah sapaan pun dibuka dengan keluh kesahnya akan kerjaan yang menumpuk. Sehari sebelumnya tentang bos yang sering marah – marah gak jelas menurutnya. Hmm.. jadi teringat saat aku masih bekerja di sebuah perusahaan nasional dulu. Ada seorang produser yang berinisial I-w-a-n seriiiiing sekali marah – marah membentak, memanggil dengan suara keras. Awalnya aku berang, tapi tak lama aku berfikir acch.. sudahlah mungkin bertahun – tahun dia bekerja disana lalu dia depresi, strees, bahkan mengarah gila. Dengan prilakunya yang seperti itu tentu dia tak pernah tampak pintar walau berkali – kali ia berusaha menunjukan bahwa ia pintar. Sungguh hanya ketololan yang diperlihatkannya. Jadi orang seperti aku ini yang masih waras selayaknya kasihan sama dia. Apalagi saya yakin gajinya tak seberapa. Kasihan ya dia.
Sekarang aku merasa beruntuuuung sekali, semenjak aku resign dari kantor lama dan memilih untuk berwirausaha. Aku jarang bahkan tak pernah lagi menerima perlakuan kasar dari atasan. Juga tak setiap hari terjebak kemacetan, karena jarak dari rumah dengan kantor adalah 0 km.
Di salah satu kamar rumah, aku membuka usaha design grafis, dubbing, video shooting, dan web site. Omsetnya kami dalam satu bulan pernah mencapai 10 kali lipat gajiku di perusahaan sebelumnya.
Aku berharap semoga usaha ku ini, dengan segala kemudahan yang diberikan Allah SWT, dapat terus berkembang. Dengan tetap bekerja di rumah, aku berharap mampu mengurangi pengangguran, menyantuni anak yatim, dan insyallah naik haji. Amin.
No comments:
Post a Comment